search, read, write, and share

optimis menghadapi krisis




sukses adalah pilihan
sukses adalah pilihan
Pernahkah terpikir kita mengapa pita film untuk kamera foto dikenal dengan film negative? Mungkin karena kita hanya melihat bayangan hitam gelap dan kelabu disana, namun bila kita bersedia mencuci dan mencetaknya dengan baik, kita akan dapati nuansa indah penuh warna-warni sebagaimana yang kita harapkan. Demikian halnya pikiran pikiran seseorang yang hanya merekam gambar kelam dari setiap kejadian. Ia takkan  mendapati warna-warni kehidupan, karena cahaya ditangkap sebagai kegelapan. Untuk itulah, mengapa kita diperintahkan untuk selalu melihat segala sesuatu dengan kacamata positif dan sikaf , optimis; memandang sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan.  Apalagi kehidupan ini selalu penuh warna-warni. Cobaan selalu datang silih berganti, terkadang berupa kebaikan dan terkadang keburukan [Qs al-Anbiyâ’ [21]:35].
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Anâ ‘inda zhanni ‘abdî bî’’ [ Aku seperti yang diduga/dibayangkan hamba-Ku]. Menurut pakar hadits, Ibnu Hajar, dugaan atau sangkaan dimaksud adalah “dugaan pasti dikabulkan jika berdoa, diterima jika beertobat, diampuni jika memohon ampunan ( Istighfar ), diberi balasan jika beribadah sesuai ketentuan”. Pakar hadits lain, Imam Nawawi, menambahkan, “dugaan akan  diberi kecukupan dalam hidup jika ia minta dicukupi.’’
Hadits diatas mengajak kita untuk bersikap optimis dalam menjalani kehidupan. Sekecil apapun yang kita lakukan, selagi disertai ketulusan, pasti akan diberi balasan oleh Allah SWT [QS Ali ‘Imran[3]: 195]. Rahmat Allah sangatlah luas, “maka janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah “, demikian QS Yusuf [12]: 87. Sikap optimis inilah yang akan memberi dorongan kuat dalam diri untuk berkarya, berkreasi dan berprestasi. Perhatikan kisah Thalut dan Jalut yang terekam dalam QS al-Baqaraah [2]: 247-251. Tanpa motivasi yang kuat bahwa pertolongan Allah pasti akan turun, tidak mungkin dengan jumlah pasukan yang sangat terbatas, raja muda, Thalut, berhasil menyelamatkan bangsa Bani Israel ddari kekejaman dan kedigdayaan Jalut. Motivasi itu tumbuh karena mereka yakin pasti akan “ menjumpai Tuhan “[ayat 249]. Dengan motivasi dan keyakinan yang kuat pula, Nabi Ya’qub yang sudah tua renta dan hilang penglihatan, dipertemukan kembali engan anaknya, Yusuf AS, setelah berpisah sekian lama.
Seseorang yang berpiir positif akan diliputi ketenangan dan hidup yang stabil. Kebaikan akan diterima sebagai anugerah yang patut disyukuri, bukan berkeluh kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. Masalah akan dihadapi sebagai cobaan yang membuatnya tertantang untuk menggapai hikmah (kebaikan) dibalik itu. Bahkan cobaan akan membuatnya semakin optimis akan rahmat Tuhan seperti dicontohkan nabi Ya’qub. Dalam sebuah riwayat dinyatakan, Ya’qub memperoleh keistimewaankarena cobaan demi cobaanyang diderita telah membuatnyasemakin berbaik sangka [ husnu al-zhann ] kepada Tuhan. Keluh kesahnya hanya ditumpahkan kepada Allah SWT semata [QS. Yusuf [12]86].
Dalam keadaan apapun, bahkan yang tersulit sekalipun sepatutnya dihadapi dengan ketululusan dan sikap optimis, yaitu dengan menggantungkan harapan, setinggi-tingginya kepada Yang Mahakuasa. Kita harus yakin dengan konsep “do’a ekonomi”, yaitu do’a dan dzikir yang mendatangkan keluasan rezeki, yang diajarkan al-Qur’an. Istighfar yang dipanjatkan  seorang hamba dengan tulus akan mampu membuka pintu rezeki [QS. Nuh [71]:11]. Tentunya dengan diiringi usaha dan kerja keras yang dimulai dari tutur kata. Rasulullah bersabda, optimisme [al-fa’lu] tercemin pada tutur kata yang baik [al-kalimah al-hasanah]. Beliau pun senang medengar kata “sukses’’ [yâ najîh] jika akan melakukan sesuatu. Yah .., kita pun bisa bila kita mau dan tawakkal. Wallahua’lam.

0 komentar:

Posting Komentar