Setiap manusia adalah master of product yang memiliki spesifikasi dan fungsinya sendiri, terlahir sempurna yang diciftakan-Nya, meski secara lahiryah ada diantaranya yang cacat secara fisik maupun mental, tetap saja dia sempurna.
Sinetron yanga ada di televisi tidak jauh lebih baik dari pembodohan massal, dan hampir mayoritas diantaranya bermuatan social inequality (kesenjangan social ), dimana sikaya lebih sering digambarkan sebagai tokoh antagonis, alur ceritanya selalu menguras emosi penonton ( ingat bukan hanya orang dewasa yng menonton, tapi juga anak – anak yang lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan luarnya )
Berita yang disajikan TV One terlalu lebay bagi saya ( kadang – kadang ), dan lebih baik menonton Metrotivi yang jauh lebih proporsional, tidak dibesar – besar kan, dan diulang – ulang dengan kemasan yang berbeda..tapi kadang saya suka dengan presenternya yang menarik dan “cantik” dalam berkata – kata, apalagi ketika mempertemukan dua kubu yang berbeda, dan membuat mereka beradu argument, saya suka karena disana Nampak jelas motif dari kepentingan mereka.
Televisi sekarang lebih arogan dan cenderung mengejar rate tertinggi demi mendapatkan iklan yang banyak. Dan kebetulan masyarakat kita sekarang lagi gemar melihat berita buruk, entah itu politik, musibah, bahkan gossip sekalipun, maka jadilah trend “Bad news is God news “ sebuah trend yang dikamuplasekan dan diusung ramai – ramai oleh hampir semua station tivi. Maka lahirlah “the centurygate series, yang alur ceritanya mirip sinetron Tersanjung 6.
Menurut saya kesederhanaan itu jauh lebih seksi dari pada segala sesuatu yang serba berlebihan, karena hanya ada sedikit penilaian dan ukuran kepuasan bisa lebih cepat dicapai .
Menurut saya, sekali lagi menurut saya facebook itu curang, karena tidak bisa ditutup secara total, pernah saya 2 kali mencoba menutup akun fB saya, dengan melewati beberapa beberapa “rintangan” yang dibuatnya seperti keharusan memilih sebuah alasan dari beberapa option yang ditawarkan, kemudian mereka menawarkan sebuah jawaban sebagai sebuah solusi yang terkesan merayu agar saya tetap menggunakan akunnya, dan saya berhasil, namun apa yang terjadi kemudian ? saya kira saya sudah berhasil menutup akun saya, ternyata tidak, akun facebook saya memang sudah ditutup namun itu hanya soal kenampakan saja, tidak terlihat oleh akun FB orang lain yang menjadi Teman Facebook saya, selebihnya saya tetap bisa kembali menggunakan akun saya seperti biasa tanpa registrasi lagi, dengan username dan pastword yang sama, dan akun facebook saya pun normal kembali. pernahkah anda mencobanya ?
Menurut saya ( lagi ) semua hal didunia ini butuh alasan, termasuk cinta, dan prinsip ekonomi selalu berlaku dalam beberapa hal atau bahkan mayoritas dan berimplikasi kedalam kehidupan kita sehari – hari, meski penerapannya tidak selalu kita sadari. Ambil contoh ketika anda mencintai seseorang, kenapa anda mencintainya ? memang jarang orang yang menjawab pertanyaan ini secara gamlang dan menganggapnya sebagai pertanyaan jebakan terlebih jika pasangan anda yang menanyakan hal demikian, jawaban diplomatis biasanya berbunyi “ karena cinta “ hey wake up !! , itu bukan jawaban tapi kalimat dependent issue, jika memang kita mau jujur sebenarnya ada beberpa alasan yang cukup rasional yang bisa kita jelaskan, tapi ya itu tadi kita takut ada kesalahpahaman komunikasi dengan si penanya itu. Misal alasan kita memilih dia karena penampilannya, sikapnya yang membuat kita nyaman dan merasa diterima, biaya overhead yang relative kecil seperti kencan, pulsa untuk nelponnya (heee ) dan biaya antar- jemput ( biar ada kesan care ma si dia ) dan lain sebagainya, singkatnya kita mencintai seseorang karena dia bisa lebih memberikan keuntungan / manfaat baik secara fisik maupun psikis yang lebih besar dibandingkan dengan usaha yang dikeluarkan, nah disinilah ada relevansinya dengan prinsip ekonomi “ dengan modal tertentu dapat mencapai keuntungan yang maksimal” semua itu kemudian terakumulasi dan disebutlah “cinta”.
Meski pembenaran analisis itu terkesan idealis bagi anda dan dengan sedikit gaya narsis saya menjelaskannya, terserah saya dong, inikan menurut saya.. sekali lagi menurut saya, jadi anda tidak perlu perdebatkan bagian ini ( otoriter ? hee ga juga )
Dan lagi menurut saya : Politik itu adalah perpaduan antara SENI dan STRATEGI, kenapa SENI ? karena banyak kesamaan didalamnya, sama seperti halnya seni yang kadang dalam penciftaan dan pencitraannya selalu bertentangan dengan nilai yang dianutnya,perbedaan nilai adalah hal yang lazim, jangan bicara moral karena inilah seni, manifestasi pemikiran !! hasil akhir yang indah ( ambisi ? ) adalah segalanya. terlihat cantik secara kasat mata, dan tentu banyak orang yang suka, lalu STRATEGI ? politik adalah masalah strategi, bagaimana individu atau kelompok yang memiliki kepentingan yang sama akan membentuk koalisi untuk ( mempercepat ) pencapaian tujuan politisnya, tidak ada yang abadi didalam politik kecuali ya kepentingan politik itu sendiri, arogan ? Poorly-adapting companies will be forced out by better-adapting ones: “killed” by the competition. Fenomena yang dijelaskan oleh Herbert Spencer dalam bukunya The Man Versus The State (1884) mungkin bisa lebih menjlaskan itu tentunya dengan analogi yang sedikit berbeda.
Coba saja anda lihat bagaimana Golkar dengan partai demokrat dulu ? dan sekarang mereka sepertinya sedang asik bermain CINLOK “ Cinta Lokasi “ setelah Si Ical yang nan rupa(harta)wan itu mampu memanuverkan partai kuning yang awal kasus Centurygate begitu gigih menyalahkan “pemerintah” kemudian sekarang ( tanpa) malu – malu mulai merapat dan lihat, Si Ical itu bak perdana meteri sekarang ini,
dan menurut saya.. cukuplah tulisan ( basa-basi) ini saya tulis. :)
0 komentar:
Posting Komentar