Tengah malam seperti ini, kadang banyak sekali pikiran-pikiran pragmatis menghampiri, disetiap sudut, me’reka-reka hayalan, menerka masa depan dengan pengandaian yang tak karuan dan sedikit pengecualian terhadap kenyataan yang sedang terjadi saat ini, bahkan mungkin sekali jauh dari logika, tapi disinilah w menikmatinya, dalam hayalan atau w menyebutnya “second mindset” kita bebas mengharapkan apa saja, berpikir ulang mengenai batasan logika, ketika kebenaran dipertanyakan, dan pembenaran adalah variabel bebas yang harus disikapi secara empiris, dan termasuk cinta adalah bagian dari akumulasi ketidaksempurnaan diri kita.
bagi w menghayal itu adalah bakat terpendam, bahkan mungkin bisa dibilang potensi diri, heehh.. yaa walaupun memang bukan kebiasaan yang slalu produktif tapi selalu ada nilai essential dari kesimpulan akhir “film pendek” versi w. yah paling tidak bahwa menghayal itu gratis lah, dan bebas memilih skenario apa, dan alur ceritanya gimana, lah wong cuma ada di kepala kita aja kok, ahhahah
Namun w rasa sama halnya dengan hitungan Teori relativitas Einstein semua hal adalah mungkin, mungkin sekali, termasuk realisasi dari khayalan kita itu, seperti apapun bentuknya, asalkan kita bisa memenej perencanaan yang baik, mengenali, memperhitungkan setiap variable yang ada, konsisten terhadap persepsi terutama yang berkaitan dengan tujuan, dan yang terpenting adalah selalu tawakal dan ikhtiar . Insyallah semua akan terwujud, so jangan ragu untuk menghayal .. seperti w.. hhehehe..
“Dan setiap mereka mendapat derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan pekerjaan mereka sedang mereka tidak dirugikan.” (Al¬Ahqaaf : 19).
0 komentar:
Posting Komentar